Sumber Pemasukan Perusahaan Esports

Berbagai informasi tentang sumber pemasukan bagi perusahaan di eskosistem esports berdasarkan survei dari Esports Insider

What goes up must come down. Viewership dari esports sempat mengalami pertumbuhan pesat selama pandemi COVID-19. Namun, sekarang, pandemi mulai teratasi, pertumbuhan viewership dari game dan esports pun mulai melandai.

Tak berhenti sampai di situ, perusahaan esports pun harus bekerja lebih keras untuk mendapatkan investasi di tengah keadaan ekonomi global yang tidak stabil. Karena itu, perusahaan esports tidak lagi bisa menggantungkan diri pada investasi. Mereka harus mencari cara untuk memonetisasi audiens mereka. Dan penyedia solusi pembayaran punya peran penting dalam membantu perusahaan esports untuk memonetisasi penonton mereka.

Bersama dengan Nuvei dan PayPal, Esports Insider mengadakan survei pada 100 pelaku industri esports, mulai dari tim esports, penyelenggara event, manajemen talenta, sampai perusahaan judi. Berikut laporan lengkapnya.

Sumber Pemasukan Perusahaan Esports

Sponsorship merupakan sumber pemasukan utama dari tim esports. Tampaknya, hal ini juga berlaku untuk perusahaan esports lain. Berdasarkan survei Esports Insider, 89% perusahaan esports mendapatkan pemasukan dari sponsorship, yang merupakan cara tidak langsung untuk memonetisasi penonton. Selain sponsorship, 48% perusahaan esports mendapatkan pemasukan dengan menjual tiket atau merchandise.

Mengingat besarnya kontribusi sponsorship dalam pemasukan perusahaan esports, menjalin hubungan baik dengan brands merupakan kunci sukses untuk perusahaan esports.

Rata-rata, perusahaan esports punya 8,6 kontrak kolaborasi dengan brands yang berlangsung selama 1 tahun. Tapi, sebanyak 92% perusahaan esports berharap bahwa kontrak kerja sama dengan brands memiliki durasi yang lebih panjang dari satu tahun. Dengan begitu, mereka tidak perlu memperbaruinya setiap tahun.

Industri sponsor yang aktif dan industri sponsor yang diincar. | Sumber: Esports Insider

Sampai saat ini, perusahaan-perusahaan esports memperkirakan, sponsorship masih akan menjadi sumber pemasukan utama mereka. Sebanyak 77% perusahaan esports memperkirakan, total pemasukan yang mereka dapat dari sponsorship dalam 12 bulan ke depan akan mengalami kenaikan. Sementara 19% lainnya memperkirakan, pemasukan dari sponsorship mereka akan sama seperti tahun 2021.

Sponsor tim dan event esports berasal dari berbagai industri, mulai dari merek hardware sampai merek makanan. Dari semua itu, tiga industri yang paling aktif mendukung industri esports adalah hardware dan aksesori gaming, energy drink, dan perusahaan telekomunikasi atau penyedia internet.

Namun, perusahaan esports kini juga menyasar perusahaan di berbagai segmen di luar tiga industri tersebut. Sebanyak 95% perusahaan esports menyasar bidang wisata, 90% menargetkan restoran dan perusahaan pengantar makanan, serta 87% menyasar perusahaan otomotif dan kesehatan.

Tim esports dan penyelenggara event menginginkan sponsor yang berbeda. | Sumber: Esports Insider

Walau organisasi esports dan penyelenggara events masuk dalam kategori perusahaan esports, keduanya punya prioritas yang berbeda terkait sponsor yang mereka kejar.

Tim esports lebih tertarik untuk mendapatkan kerja sama dengan perusahaan telekomunikasi dan blockchain. Tapi, mereka tidak tertarik untuk mendapatkan kontrak dengan pemerintah atau militer. Sebaliknya, penyelenggara event justru ingin bisa mendapatkan kontrak dengan militer atau pemerintah, tapi mereka tidak tertarik untuk menjalin kontrak dengan perusahaan blockchain/Web3.

Diversifikasi Pemasukan: Penjualan Tiket dan Merchandise

Jika sponsorship adalah cara tidak langsung bagi perusahaan esports untuk memonetisasi audiens, menjual tiket dan merchandise merupakan cara langsung bagi perusahaan esports untuk mendapatkan uang dari para penonton. Menariknya, banyak perusahaan esports yang tidak menjual merchandise secara langsung pada para fans. Di kalangan perusahaan esports, hanya 48% responden yang menjadikan penjualan tiket dan merchandise sebagai sumber pemasukan. Sementara di kalangan organisasi esports, angka ini naik menjadi 58%.

Penyelenggara events dan tim esports biasanya memiliki produk yang berbeda. Sebanyak 64% penyelenggara events menjual tiket, sementara organisasi esports biasanya akan menjual berbagai merchandise.

Sebanyak 64% tim esports menjual jersey, 45% menjual aksesori, dan 31% menjual pakaian. Dari semua merchandise yang dijual perusahaan esports, pakaian tampaknya merupakan produk yang paling sering dijual. Buktinya, 93% dari perusahaan esports yang menjual tiket atau merchandise juga menjual setidaknya satu jenis pakaian.

Tipe merchandise yang dijual oleh perusahaan esports. | Sumber: Esports Insider

Selain menjual tiket dan merchandise, cara lain bagi perusahaan esports untuk mendapatkan pemasukan adalah dengan menjual in-game items. Sebanyak 34% responden dari survei Esports Insider mendapatkan pemasukan melalui metode ini. Penjualan in-game items menawarkan satu kemudahan bagi perusahaan esports: fans bisa langsung membeli item dalam game, tanpa harus mengunjungi situs perusahaan esports.

Kebanyakan in-game items yang dijual oleh perusahaan esports merupakan items untuk game Counter-Strike: Global Offensive. Beberapa game lain yang populer di kalangan perusahaan esports untuk menjual in-game items antara lain Rocket League, FIFA, Tom Clancy's Rainbow Six Siege, dan League of Legends.

Berbagai sumber pemasukan untuk perusahaan esports. | Sumber: Esports Insider

Tak berhenti sampai di situ, perusahaan esports juga terus berusaha untuk mencari opsi baru untuk mendapatkan pemasukan. Sebagai contoh, tim esports bisa menawarkan layanan profesional untuk mengajarkan gamers yang ingin menjadi profesional. Sementara penyelenggara events bisa mendapatkan pemasukan ekstra dari sewa tempat acara.

Pentingnya Memilih Solusi Pembayaran yang Sesuai

Esports memang sudah menjadi industri yang bernilai US$1 miliar. Meskipun begitu, berdasarkan survei Esports Insider, 55% responden mengaku bahwa mereka belum mendapatkan untung pada 2021. Kini, memenuhi ekspektasi investor menjadi salah satu prioritas perusahaan-perusahaan esports. Sementara itu, 65% perusahaan esports yang disurvei mengatakan, monetisasi merupakan salah satu fokus mereka.

Kabar baiknya, kebanyakan perusahaan esports cukup optimistis akan masa depan industri competitive gaming. Sebanyak 67% responden mengatakan, pemasukan mereka mengalami kenaikan dalam satu tahun terakhir. Sementara 85% responden mengungkap, mereka optimistis bahwa jumlah penonton esports akan tumbuh. Walaupun 75% fans tidak terlalu peduli dengan kompetisi esports offline.

Metode pembayaran yang digunakan perusahaan esports. | Sumber: Esports Insider

Esports adalah industri yang menggantungkan diri pada teknologi baru. Beberapa perusahaan esports bahkan mau bekerja sama atau mengadopsi teknologi Web3. Uniknya, kebanyakan perusahaan esports masih menggunakan metode tradisional untuk menerima dan melakukan pembayaran. Contohnya, hampir semua perusahaan esports menerima atau menggunakan transfer bank, dompet digital, kartu kredit dan kartu debit, serta invoice.

Masalahnya, kebanyakan perusahaan esports besar beroperasi di tingkat global. Sebanyak 56% perusahaan esports yang disurvei Esports Insider mengungkap, 20% transaksi mereka merupakan transaksi internasional.

Fakta bahwa perusahaan esports beroperasi di tingkat global berarti, mereka harus bisa menerima dan menggunakan metode pembayaran yang digunakan oleh vendor, konsumen, pemain, dan staf di berbagai kawasan. Sebagai contoh, di Amerika Utara dan Eropa, kartu kredit mungkin adalah metode pembayaran yang banyak digunakan. Namun, di Indonesia, penetrasi kartu kredit justru sangat rendah.

Hanya saja, sebanyak 61% perusahaan esports mengatakan, metode pembayaran internasional agak sulit untuk digunakan. Pasalnya, dalam memilih metode pembayaran internasional, mereka tidak hanya mempertimbangkan kemudahan dalam penggunaan, tapi juga keamanan.

Jika metode pembayaran tidak menerapkan sistem keamanan yang ketat, hal ini bisa berujung pada penipuan. Namun, jika sistem pembayaran menggunakan sistem keamanan yang terlalu kuat, hal ini justru bisa mempersulit proses pembayaran, yang bisa membuat konsumen frustasi.

Metode pembayaran yang dianggap menyulitkan. | Sumber: Esports Insider

Ekonomi digital kini menjadi semakin saling terhubung. Dan solusi pembayaran yang tepat memungkinkan perusahaan untuk menekan biaya operasional dan memaksimalkan pendapatan. Untuk mengoptimalkan solusi pembayaran, pelaku bisnis digital tidak lagi bisa menggantungkan diri pada satu solusi pembayaran. Sebagai gantinya, pelaku bisnis harus menggunakan teknologi yang bisa dikustomisasi sesuai kebutuhan.

Memilih solusi pembayaran yang tepat memang bisa mendorong pertumbuhan perusahaan. Namun, perusahaan esports juga sadar, mereka harus memilih solusi pembayaran yang tidak mempersulit mereka. Sebanyak 61% perusahaan esports ingin bekerja sama dengan penyedia solusi pembayaran yang mudah digunakan dan 31% ingin menggunakan solusi pembayaran yang memiliki proses setup yang mudah.

Sumber header: Pexels