21 January 2023

by Glenn Kaonang

5 Tren Web3 yang Layak Dipantau di Tahun 2023

Mulai dari penerapan regulasi sampai perluasan kasus penggunaan, Web3 akan terus menjadi topik penting dalam wacana publik tahun ini

Ada banyak cara untuk mendefinisikan Web3. Namun salah satu yang paling mendasar adalah, Web3 menggambarkan era internet yang terdesentralisasi, yang memanfaatkan blockchain sebagai tulang punggungnya.

Karena melibatkan blockchain, tidak jarang Web3 akhirnya dianggap sama dengan kripto. Padahal, potensi Web3 jauh lebih luas dari sebatas mata uang kripto atau NFT.

Di tahun 2023 ini, ada setidaknya 5 tren Web3 yang layak untuk dipantau. Mulai dari penerapan regulasi sampai perluasan kasus penggunaan, Web3 akan terus menjadi topik penting dalam wacana publik tahun ini.

1. Penerapan regulasi terhadap Web3

Diskusi mengenai regulasi dan perundangan terhadap Web3 menjadi cukup marak di tahun 2022, terutama berkenaan dengan banyaknya kasus yang melibatkan pemain-pemain besar di dunia kripto, macam FTX misalnya. Menurut World Economic Forum, 2022 adalah tahun refleksi atas apa yang semestinya diregulasi di ranah kripto dan Web3 secara luas.

Sejumlah negara, seperti misalnya Amerika Serikat, sudah aktif menyuarakan soal legislasi kripto sejak tahun lalu, dan ini tentu akan terus menjadi prioritas tahun ini. Negara lain seperti Jepang malah sudah mengambil langkah konkret dengan membuka Kantor Perundangan Web3 di bawah naungan Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industrinya sejak pertengahan 2022.

Tiongkok, negara yang dikenal anti terhadap kripto, mulai menunjukkan kelonggaran terhadap elemen Web3 lain, seperti misalnya NFT. Hal ini bisa dilihat dari diresmikannya marketplace NFT nasional Tiongkok pada 1 Januari 2023 kemarin, yang secara langsung akan mengubah peta industri Web3 di sana.

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Meski sejauh ini masih belum ada langkah konkret yang signifikan mengenai regulasi kripto dan Web3 di sini, namun setidaknya pemerintah sudah mulai menunjukkan komitmennya dengan mengalihkan tugas pengawasan aset kripto ke OJK, yang diharapkan dapat membantu meningkatkan perlindungan konsumen.

2. Desentralisasi di media sosial

Desentralisasi merupakan salah satu pilar utama yang membentuk konsep Web3 secara keseluruhan. Ketimbang harus bergantung sepenuhnya pada entitas-entitas tertentu — sekaligus menyerahkan kontrol kepada mereka — desentralisasi menawarkan konsep yang lebih kondusif. Prinsip desentralisasi ini pun rupanya juga bisa diterapkan ke media sosial.

Mastodon / Mastodon

Kebetulan momentumnya pun ada, terutama bagi para pengguna Twitter yang tidak tahan melihat platform media sosial favoritnya diobrak-abrik oleh pemilik barunya sendiri, Elon Musk. Ketimbang tinggal diam, beberapa pengguna memilih untuk hijrah ke platform seperti Mastodon. Meski tidak mengandalkan teknologi blockchain apapun, Mastodon dari awal sengaja dibuat untuk menerapkan prinsip desentralisasi melalui sistem server yang terbagi-bagi.

Opsi lain yang tersedia mencakup Lens Protocol maupun Minds, yang masing-masing dibangun di atas ekosistem Polygon dan Ethereum. Dari pihak media sosial tradisional pun sebenarnya juga sudah mulai mencoba mengadaptasikan inovasi-inovasi Web3 di platformnya masing-masing, contohnya Meta yang menghadirkan integrasi NFT di Facebook dan Instagram.

3. Tokenisasi aset

Secara teori, tokenisasi memungkinkan hampir semua jenis aset yang ada di dunia nyata untuk memiliki representasi digitalnya di blockchain. Kenapa ini perlu? Karena tokenisasi juga berpotensi meningkatkan likuiditas dari aset yang bersangkutan.

Bayangkan ada sebuah rumah seharga 15 miliar rupiah. Normalnya, mungkin butuh waktu yang cukup lama agar rumah semahal itu bisa terjual. Lain ceritanya kalau hak kepemilikan atas rumah tersebut dipecah-pecah menjadi beberapa token. Anggaplah 100 token, yang berarti ada 100 orang yang masing-masing bisa menginvestasikan 150 juta rupiah untuk mendapatkan hak kepemilikan atas rumah tersebut. Inilah yang dimaksud dengan tokenisasi aset.

Singkat cerita, tokenisasi punya potensi besar di berbagai industri, dan itulah kenapa nama-nama besar seperti BlackRock maupun Goldman Sachs sudah mulai aktif mengeksplorasi tokenisasi aset.

4. Standar lebih tinggi untuk game Web3

2023 diprediksi bakal jadi tahun masuknya banyak pemain besar ke ranah game Web3. Salah satu yang sudah sangat vokal menyuarakan keseriusannya adalah Square Enix, kreator franchise Final Fantasy yang kabarnya tengah mengembangkan beberapa judul game Web3 berdasarkan IP orisinal.

Namun yang jauh lebih penting adalah adanya peluang bagi game Web3 untuk 'naik kelas' dengan meningkatkan standarnya. Seperti yang kita tahu, 2021 dan 2022 menjadi saksi atas banyaknya game NFT yang dibuat hanya untuk mengambil keuntungan dari pemainnya. Di tahun 2023, konsumen tentu akan lebih berhati-hati, dan itu berarti pihak pengembang game NFT perlu meningkatkan nilai produksinya secara signifikan, mengutamakan aspek fun-nya terlebih dahulu sebelum menonjolkan sisi earning-nya.

5. Perluasan kasus penggunaan

Keempat tren sebelumnya pada dasarnya memberi gambaran bahwa 2023 bakal jadi tahunnya Web3 masuk lebih jauh lagi ke ranah mainstream. Seiring bertambah matangnya konsep Web3, besar kemungkinan kita juga akan melihat lebih banyak kasus penggunaan teknologi Web3 yang konkret.

Hal ini juga akan turut didorong oleh perusahaan-perusahaan besar yang sudah mulai mendalami segmen Web3 secara serius, contohnya Starbucks dengan loyalty program berbasis NFT-nya dan Nike dengan platform Web3 barunya.

Starbucks Odyssey / Polygon

Peran NFT di dunia pertiketan juga dapat dilihat sebagai salah satu kasus penggunaan Web3 yang mulai merambah status mainstream. Sifat NFT yang tak tergantikan (non-fungible) dan kemampuannya membuktikan kepemilikan secara sah membuatnya ideal untuk dijadikan format baru tiket digital. Ditambah lagi, pihak penerbit tiket juga dapat memanfaatkan NFT untuk menghadirkan berbagai pengalaman ekstra kepada para konsumennya, contohnya seperti yang sudah dilakukan oleh platform distribusi tiket Ticketmaster.

Juga tidak kalah menarik adalah gagasan mengenai soulbond token (SBT), yakni aset NFT yang sama sekali tidak bisa berpindah tangan, yang sangat ideal untuk keperluan pencatatan data secara permanen maupun yang sifatnya pribadi. Potensi pengaplikasian SBT sangatlah luas, mulai dari mencatat informasi rekam medis, catatan kriminal, skor akademik, verifikasi identitas, dan masih banyak lagi.